Nama : Muhammad Apriyanto
NPM : 17214088
Kelas : 1EA19
Tugas Mata
Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Malin
Kundang
Sumber gambar : dongenganako.blogspot.com
Ulasan :
Ada sebuah desa di Sumatera pendalaman,
hiduplah seorang wanita tua dengan anaknya yang bernama Malin Kundang. Kebiasaan
di desa ini bahwa anak-anak yang sudah berusia di atas 7 tahun ia diberi
pengetahuan mulai dari seni bela diri dan membaca Al-Quran di masjid. Di sini
ia menuntut seni bela diri dan semua yang diperlukan jika ia akan pergi ke luar
negeri, jauh dari orang tua mereka. Dengan berlalunya waktu, Malin Kundang
menjadi seorang pemuda yang kuat dan tampan secara fisik. Dia pandai dalam
berbicara dan sopan terhadap orang tua, jadi dia dikenal banyak orang di desa ini.
Sebagai manusia ia ingin memiliki
kehidupan yang lebih baik dan dia memiliki niat untuk pergi ke luar negeri jauh
dari ibunya untuk menambah pengetahuan dan kemakmuran dari situasi saat ini
yang terjadi dengan ibunya. Setelah mempersiapkan dirinya dan perlengkapan
untuk perjalanan jauh, ia menyatakan niatnya untuk ibunya. Ibunya terkejut dan
merasa sedih, karena ibunya merasa bahwa dia akan tinggal sendirian dan
kesepian, tapi di sisi lain dia tidak bisa membandingkan keinginannya, karena
menjadi kebiasaan bahwa setiap anak laki-laki harus melakukan hal yang sama. Jadi
dia melepaskan Malin Kundang berjalan ke tanah di seluruh negeri yang ia tidak
tahu persis ke mana harus pergi, tapi jelas ia telah berlayar ke dunia baru
yang penuh perubahan dan tantangan.
Selama di luar negeri dia tidak pernah
mengirim kabar kepada ibunya apa yang telah diperoleh dan apa yang ia alami, karena
tidak ada sarana yang dapat diandalkan komunikasi kecuali melalui perantaraan
manusia. Setelah 20 tahun berjalan dan telah merasa cukup sukses dalam
kemampuan ekonominya, dia ingin kembali ke kampung halamannya. Pada intinya, menunjukkan
ke teman-teman masa kecil bahwa ia telah berhasil mendapatkan segala apa yang
dia mau.
Singkat cerita, Malin Kundang tiba di kota
kelahirannya dan ia dikerumuni oleh teman-teman masa kecil dan bangga melihat
keadaan berkilauan. Kemudia, Malin Kundang itu kembali terdengar oleh ibunya di
rumah. Ibunya bergegas mencari kebenaran berita tersebut ke pasar di mana
dijual dan dibeli masyarakat berkumpul. Setelah ia melihat seorang pemuda
tampan, dan tidak berpikir dua kali, ia berteriak : Apakah Anda anakku yang
telah pulang, Malin Kundang? Melihat seorang wanita tua datang dan diklaim
sebagai ibunya, Maling Kundang tentu jawabannya : Siapa Anda benar-benar,
mengakui sebagai ibu saya. Anda adalah perempuan jelek! Ibunya terkejut dan
sangat sedih mendengar jawaban Malin Kundang. Untuk meyakinkan, sekali lagi
katanya, "Aku ibumu!" Malin Kundang : Tidak, saya tidak memiliki seorang
ibu yang buruk seperti Anda. Beberapa kali upaya ibunya untuk meyakinkan Malin,
tidak berhasil.
Akhirnya, ibunya menjadi marah dan sedih
dan di luar kendali, maka kata-kata kutukan dari mulut ibunya meledak, sialan
Malin, dan mudah-mudahan Anda berubah menjadi batu. Dalam waktu singkat,
bersama dengan kilat dan guntur menggelegar, tuan Kundang menjadi batu besar,
setelah mendapatkan kutukan dari ibunya. Batu besar seperti manusia, Anda dapat
melihat hari di pantai tidak jauh dari kota pelabuhan Padang.Itu cerita lama
yang menyatakan bahwa penghukuman ibu seseorang sangat kuat dan segera menjadi
kenyataan.
Ulasan pribadi :
-
Pada
awal cerita terdapat nilai moral yang sangat tinggi, dimana nilai-nilai
keagamaan dijunjun tinggi di desa tersebut.
-
Tidak
hanya keagamaan tetapi juga seni bela diri juga diajarkan kepada anak yang
telah berusia 7 tahun.
-
Kedua
hal diatas jika dilihat sangatlah penting untuk bekal dimasa depan.
-
Terbukti
hal tersebut membuat Malin menjadi anak yang sopan terhadap orang tua, dan
dikenal banyak orang.
-
Niat
baik Malin untuk untuk menambah pengetahuan dan kemakmuran keluarga saat ia beranjak
dewasa juga patut dicontoh.
-
Tetapi
ada beberapa nilai dan sikap Malin yang sangat tidak pantas dicontoh dan
dilakukan, seperti :
1.
Kedatangan
Malin kundang setelah sukses dengan niat untuk pamer kekayaan yg telah ia capai.
2.
Tidak
mengakui ibunya sebagai ibu kandungnya.
3.
Menjelek-jelekan
ibunya.
4.
Membuat
ibunya sedih dan kesal.
-
Seharusnya
Malin tidak melakukan hal tersebut kepada ibunya, apalagi jika ia melihat
kembali kebelakang, bahwa cita-citanya adalah untuk menambah kemakmuran
keluarganya.
-
Adapun
ibunya yang kesal lalu mengutuk anaknya menjadi batu juga saya pikir tidak
patut dicontoh.
-
Sebagai
orang tua harus tetap bersabar dan menjaga perkataan agar amarah tidak menguasai
diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar