Sabtu, 04 Oktober 2014

Tugas ke.2 Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar

Nama  : Muhammad Apriyanto
NPM    : 17214088
Kelas   : 1EA19
Tugas Mata : Kuliah Ilmu Budaya Dasar

Kekeringan Meluas
krisis air di sejumlah daerah kian parah.
JAKARTA – musim kemarau belum juga berakhir. Di Kabupaten Bandung, wilayah yang terkena kekeringan semakin meluas. Saat ni sudah ada 10 kecamatan yang melaporkan mengalami bencana kekeringan. Padahal, beberapa pekan sebelumnya hanya lima kecamatan.
“Kemarin, kita sudah dapat laporan di Kecamatan Baleendah sudah bertambah yang kekeringan. Yang sebelumnya hanya satu kelurahan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Marlan saat dihubungi Republika, (28/9).
Marlan memprediksi wilayah yang akan terkena dampak kekeringan akan semakin meluas. Dia meminta masyarakat melaporkan kepada camat setempat jika menghadapi kesulitan air.
Berdasarkan pantauan Republika di Desa Cigambreng Utara, Pamekaran, Kecamatan Soreang, warga sudah mulai kesullitan mendapatkan air. Sumur-sumur yang mereka miliki kering akibat tidak adanya hujan. “Sudah dua hari kering, airnya habis,” kata Dedy kepada Republika.
Dedy pun harus bolak-balik ke rumah orangtuanya yang lokasinya cukup jauh. Hal serupa juga dialami warga lain, Ida. Kekeringan yang melanda wilayah itu membuatnya kesulitan eraktivitas, terutama mandi, ciuci, kakus. “Saat ini kering airnya, sudah dua hari,” katanya.
Selain kekeringan, Marlan juga mengatakan, akibat kemarau potensi kebakara semakin meningkat. Saat ini, kawasan permukiman padat penduduk serta hutan rawan kebakaran. “Karena itu masyaraat diminta waspada,” ujarnya.
Untuk wilayah Kabupaten Bandung, tertcatat ada 14 kecamatan yang berpotesi mengalami kekeringan, yaitu, Pacet, pasir Jambu, Ibun, Majalaya, Solokan Jeruk, , Cikancung, Nagrek, Cileunyi, Cicaha, Bojong Soang, Bale Endah, Ciparay, Paseh, dan Banjaran.
Di Jawa Timur, warga di sejumlah desa di Kabupaten Ponorog, Jawa Timur, mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih untu memenuhi kebutuhan minum, memasak, maupun mandi, cuci kakus (mck). Sebagaimana terlihat di Dusun Grabo, Desa Pandak, Kecamatan Balong, (28/9).
Puluhan warga terlihat antre berjam-jam untuk mendapat giliran menampung air bersih dari sumber alami, yang ada di punggung bukit setempat. “Ini sudah berlagsung sejak tiga bulan lalu, meski telah mendapat pasokan air dari BPBD setiap satu pecan sekali, tetap saja kami kesulitan air bersih,” tutur seorang warga Watiningsih (45 tahun).
Wati dan sejumlah warga mengaku krisis air yang mereka alami semakin parah karena pasokan dari sumber alami di lereng atau atas bukit menipis. Sementara, warga yang mengantre semakin bertambah banyak. “Sepertinya kekeringan tahun ini lebi parah disbanding tahun lalu,” katanya spontan.
Perangkat Desa Pandak, Sumari, mengungkapkan, bantuan air bersih yang diberian pemerintah tidah mencukupi untuk mencukupi kebutuhan warganya karena hanya dipasok sepekan sekali.
Sementara, ratusan sumur di dua desa di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, juga kekeringan akibat kemarau panjang. “Sudah satu pekan sumur kering mengakibatkan warga kesulitan air untuk konsumsi,” kata Plt Pelayanan Umum Kantor Kecamatan Kaliorang, Karim.
Suwardi (35 tahun) warga Sukamaju Kecamatan Kiarapedes, Purwakarta, Jawa Barat, mengatakan, seharusnya, dia bias panen. Akan tetapi, keinginannya harus pupus karena 15 hektare sawah miliknya justru dilanda kekeringan. “Tidak bias dipanen, padahal tinggal sebentar lagi. Percuma juga dipanen, padinya sudah tidak berisi,” kata Suwardi (28/9). Suwardi mengaku rugai puluhan juta akibat kegagalan itu.
Keala Dinas Pertanian Perhutanan dan Perkebunan Purwakarta Balya Susila Ilyas mengatakan, kekeringan mengancam 27 hektare lahan pertanian di Kecamatan Cibatu dan Tegalwuru. Akan tetapi, ancaman tersebut bias diantisipasi degan adanya pompaniasi. “Untuk yang lain sudah hamper panen semua sehngga tidak perlu lagi air,” kata Balya, (28/9).
Kepala Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penangguangan Bencana (BNPB) Sutpo Purwo Nugroho mengatakan, antisipasi bencana musim kemarau sudah dilakukan jauh sebelum bencana tersebut datang. Antisipasi yang dilakukan BNPB meliputi water bombing, pemadaman kebakaran, dan upaya penegakan hukum. C91/c71/c80/antara ed: teguh firmansyah 
Sumber berita : (Koran Republika, ProKontra hal. 8, kolom pertama, senin 29/9/2014).

Hubungan manusia dengan penderitaan.
Manusia dengan penderitaan memang selalu berdampingan, tidak ada manusia yang hidupnya mulus tanpa cobaan dan hambatan. Dalam kasus diatas, kekeringan menjadi bencana yang sangat perlu mendapat perhatian, khususnya bagi pemerintah.
Kita ketahui bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang. Air merupakan sumber kehidupan. Air memiliki banyak kegunaan, seperti untuk konsumsi, dan MCK. Bahkan tidak hanya manusia, tetapi makhluk hidup lain pun sangat membutuhkan air demi kelangsungan hidup.
Dapat dibayangkan jika kekeringan air itu berlangsung lama, bahkan ada yang sudah berlagsung sejak tiga bulan yang lalu, seperti yang disampaikan Watiningsih di Jawa Timur. Meski mereka telah mendapat pasokan air dari BPBD setiap satu pekan sekali, tetapi tetap kesulitan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih di sumber alami, di punggung bukit setempat, mereka harus antre berjam-jam.
Suwardi, warga Sukamaju Kecamatan Kiarapedes, Purwakarta, Jawa Barat pun ikut mengalami penderitaan akibat kekeringan yang melanda wilayahnya. Sawah seluas 15 hektare miliknya terancam gagal panen, iapun mengalami kerugian mencapai  puluhan juta.
Diatas disebutkan beberapa penderitaan yang dialami akibat musim kemarau panjang. Tentu banyak sekali penderitaan dengan masalah yang lainnya, seperti kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan tentu masih banyak problemyang lain, karena setiap manusia hidup pasti memiliki problemnya masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar